what do you think about my blog?

about me

i like write novel..^^

my self

my self

Another Templates

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Miss Bengong Jatuh Cinta. Part IV

Author: rachel charina halim
Jumat, 11 Maret 2011

                                                Is He Kind Or Not???
Sehabisnya istirahat ini, ternyata ada ulangan mendadak dari pak gatot, guru ips kita. Aku masih pusing, gimana mau belajar?
Lagian kalau aku nggak pusing mana mungkin aku belajar, namanya aja ulangan mendadak, jadi kan nggak bisa tau kalau ada ulangan.
Sesaat aku teringat ucapan anak-anak 8b kalau si Pras itu jago banget di pelajaran ips. Aku jadi ingin sms dan tanya jawaban-jawaban yang sama sekali aku nggak ngerti.
Walaupun sebenarnya aku gengsi, tapi aku berani-berani`in buat sms dia. DEMI ULANGANKU… Aku mulai melirik ke kanan dan ke kiri, takut ada yang melihatku, sama seperti aksi para pencuri.
Treeettttt… treeetttt… trreeeettt…
Message delivered to #PrAs JelEk#            
Sms terkirim. Tak lama kemudian satu per satu jawaban ternyata bisa dia jawab sampai soal terakhir bisa dia jawab. Tepat sekali, saat aku menulis jawaban terakhirku dari Pras, waktu untuk menjawab soal-soal itu sudah habis. Aku mengumpulkan lembar jawabanku dengan tenang dan PD *percaya diri*. Gimana mau nggak percaya diri… jelas-jelas yang menjawab bukan otakku ini tapi otak Pras.
v   
Dirumah, aku melamun dan memandang awan sore dari jendela kamarku. Angin yang menari-nari, membelai setiap helai rambutku.
 Aku sejenak berfikir, selama ini sesosok Pras yang dimataku itu cowok nyebelin ternyata dikehidupanku yang nyata dia bukanlan sosok orang yang seperti itu. Memang benar kata Oca, dia anak yang baik. Tapi kalau emang dia anak yang baik, kenapa dia selalu bikin malu dan jengkel aku? Apa itu cara dia untuk nyari perhatian dari aku?
Yah... dengan kelakuannya yang tiba-tiba minta uang ke akulah, yang megang tanganku dikantin dan didepan anak banyaklah, yang dia nggak mau ngalah buat ngasih sapunya ke aku sampai-sampai kita harus berebut dan diketawain sama adhek kelas, dan yang paling parah dia ngelempar bola basket dan kena jidatku dehh…
            Tapi, dari pada aku beranggapan kalau dia cowok yang nyebelin, mendingan aku liat aja sikap dia kedepannya gimana... Udahlah… ngapain juga mikirin Pras mulu...
Lamunanku serta semua pemikiranku tentang Pras hilang, saat mama menyentuh pundakku. Ternyata selama aku melamun, mama berkali-kali menongokku, dan akhirnya mama menyadarkanku dari lamunan itu. Kata mama aku sudah cukup lama melamun sampai-sampai adzan maghrip berkumandang.
v   
Malam ini aku menonton televisi dengan keluargaku. Saat itu kakak perempuanku yang suka banget sama film-film remaja dan yang berhubungan tentang cinta, sedang menonton sebuah film remaja yang inti ceritanya itu, “kalau kita membenci seorang cowok tidak menutup kemungkinan kita bisa jatuh cinta dan suka sama itu cowok.” Aku bengong… masih memikirkan itu…

            Apa artinya kalau benci bisa buat cinta…? So, nggak menutup kemungkinan aku bisa jatuh cinta dan suka sama si Pras donk?? Soalnya tau sendirikan aku benci banget sama Pras. Tapi aku kan juga mau ngelihat sikap-sikap dia kedepannya sama aku, apa dia bener-bener udah berubah? Dan kalau masalah aku suka atau jatuh cinta ke Pras… eHm nggak mungkin deh ya….
Biarin aja temen-temen ngatain aku masih kecil soalnya aku belum pernah punya feeling yang lebih ke cowok. Yang penting nggak falling in love with Pras…
            Hari pertama aku akan memulai misiku, yaitu melihat sikap-sikap pras padaku. Aku harus berakting jatuh didepan dia. Memang sih sedikit berat dan pastinya memalukan. Tapi aku ingin melakukan semua itu untuk melihat gimana sikap Pras denganku.
Aku udah berunding sama Oca, dan Oca sangat setuju. Karena menurut Oca, kalau memang sikap Pras baik, aku tidak akan berfikiran buruk lagi pada Pras.  Aku akan memulai misi pertamaku ini dijam istirahat.
Krinnngggg…! Bell tanda jam istirahat berbunyi. Guru Bahasa Indonesiaku yang baru saja mengajar dikelasku dan Oca mampersilakan kami semua untuk beristirahat.
Hatiku Berderap kencang… mengiringiku melakukan misiku.
Suasana hatiku sudah campur nggak karuan. Sementara Oca terus memberikan support padaku.
Akkkkuuuuu... Harrruuusss… bbbeeerraaanniii…,Begitulah teriakanku dalam hati untuk menyemangati diriku sendiri
Aku dan Oca berlangkah meninggalkan kelas. Dengan tangan gemetar,  aku menyusuri lorong sekolah menuju kantin, tempat dimana Pras nongkrong dengan teman-temannya. Aku meminta doa restu pada Oca. Aku menentukan posisi mana yang pas untuk aktingku nanti...
“Iah... ca... Disitu ca, tempatnya aman, nggak terlalu banyak anak dan lebih dekat sama meja si Pras.” Aku menunjukkan posisi itu pada Oca untuk aktingku nanti.
“Oke... aku setuju... Bay the way... udah siap?” Oca meyakinkan kesiapanku... mentalku, de... el... el…
“Yah... doa`in aja deh...” Meminta doa pada Oca untuk kelancaran rencana kita.
Oca menemani disetiap derap langkahku menuju posisi itu. Aku seperti akan berperang dimedan yang penuh tantangan. Oca menduluiku duduk di meja sebelah meja pras. Sedangkan aku, aku berpura-pura memesan batagor, dengan begitu, aku bisa melewati meja Pras saat aku kembali ke mejaku.
            Aku sudah memesan batagor, dan inilah saatnya berakting…
Guuuuubbbbrrrraaaakkkkk…!!
Oh no.. aku jatuh diposisi yang salah. Dan jatuhku itu bukan adegan actingku. Tapi itu aku jatuh sungguhan, karena aku gerogi, aku sempat tidak melihat jalan , ternyata kakiku tersangkut di kaki meja.
Aduh…!!! Mau ditaruh mana mukaku ini? Keluhku dalam hati.
            But... nggak berarti jatuh diposisi yang salah akan menggugurkan semua misiku. Aku akan menunggu pertolongan dari Pras, sebelum didahului oleh anak lain.
“Kamu nggak apa-apa kan sin?”
Saat aku mengangkat kepalaku karena suara itu, mataku tertuju pada rautan wajah Pras. Kita saling berpandangan, dibenakku sepintas teringat kejadian dikantin juga, waktu Pras memegang tanganku.
            Oca menghampiriku dan  bertanya heboh padaku. Lontaran beberapa kata dari mulut Oca menyadarkanku dari alam lamunku. Kita sudah tidak berpandangan lagi. Dan Pras sesegera mungkin meninggalkan aku. Oca menuntunku kemeja tempat kami makan.
Dan ternyata, Pras bukan sosok cowok yang baik. Sisi negative itu bisa aku temui pada perlakuan Pras. Dia hanya bertanya bagaimana keadaanku. Setelah itu, dia pergi tanpa sekedar membawaku ke UKS, seperti apa yang dilakukannya saat aku pingsan terkena bola di lapbas.
            Tapi, tunggu dulu…
Dari kejauhan tampak Pras yang datang lagi untuk menghampiriku. Ternyata aku salah menilai dia. Sesegera mungkin dia menghampiriku dan duduk disebelahku, dia membawa betadine, seuntai kapas, dan sebuah handsaplast untukku. Lukaku cukup besar. Karena lututku tergoreskan oleh sebuah batu yang cukup tajam.
            Perlahan tapi pasti Pras mengobatiku. Dia tampak berhati-hati mengobatiku. Sesekali dia menoleh padaku saat betadine tertetes di bagian luka yang parah. Aku sempat kesakitan. Dan saking kesakitan, tanpa disengaja tanganku memegang tangan Pras untuk menghentikan tetesan betadine pada lukaku itu.
Pras menuntunku ke kelas, dan Oca mengikutiku dari belakang. Anak-anak yang berdiri dilorong sekolah mengalihkan pandangannya kearahku dan Pras.
            Saat aku sudah pulang ke rumah, Mama bertanya padaku akan luka dilututku itu. Aku menceritakannya pada mama.
v   
Di kamar, aku membaringkan tubuhku diatas kasurku. Aku nggak bisa ngelupain kejadian itu. Nggak nyangka aja ternyata di misi pertamaku dia udah ngasih yang amazing banget buat aku. Terus, aku masih ingin ngejalanin misi keduaku, tapi apa yah? Sejenak aku berfikir.
“Sinnn… ada telfon dari temen kamu nih!” Mama memanggilku dari bawah.
“Cowok atau cewek, mam?”  Aku balik bertanya pada mamaku.
“Udah cepet turun aja Sin...” Perintah mama.
v   
Dengan langkah yang cepat aku menuruni tangga... aku mengangkat ganggang telfon dan mulai berbicara... yang jelas aku bertanya dulu ini siapa. Saat aku bertanya, dia menjawab, ternyata dia Pras... herannya dia kok bisa tau nomer rumahku?? ya sudahlah... lupain aja masalah itu.
“Ada apa Pras??  Aku bertanya pada Pras.”
“Oh... nggak sin... cuman mau tanya, kakimu gimana??”
“Udah baikan kok Pras. Thank`s ya udah mau ngobatin aku tadi...”  Aku berterimah kasih sama Pras.
“ Iya sama-sama... ya udah ya sin... see you tomorrow!!”
“Iya…  see you…” Begitu jawabku dengan pipi yang tiba-tiba memerah tanpa terpoles apapun.
Kata-kata Pras ditelfon membawaku ke dalam mimpi.

Miss Bengong Jatuh Cinta. Part III

Author: rachel charina halim
Kamis, 17 Februari 2011

Tragedi Lapangan Basket

            Nasib burukku tak berhenti sampai di situ saja…
            Yah… hukumannya nyapu semua bagian-bagian dan sudut-sudut aula. Dipojok aula hanya ada satu sapu. Harus cepat  ngambil sapu itu, kalau nggak bisa keduluan sama si Pras. Mataku dan mata Pras bersamaan melirik satu sapu itu, bagaikan 2 singa betina penguasa hutan bersiap-siap akan berebut mangsa.
Aduuhhh... Tuhkan bener, aku berebut sapu sama itu cowok. Pandangan anak-anak kelas 7 yang lagi praktek ohlaraga tertuju padaku dan Pras, mereka menertawakanku layaknya sedang menonton dua aksi konyol para badut di tempat pertunjukan sirkus. Aku dibuatnya malu yang kedua kalinya. Aku nggak mungkin terus melanjutkan hal bodoh yang aku lakuin dengan si Pras. Aku buru-buru meninggalkan si Pras tanpa sempat ngomong sepatah kalimatpun padanya, aku sangat malu.
v   
Saat aku masuk kelas, aku langsung duduk disebelah Oca dengan pandangan kosong. Untung aja waktu itu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia nggak ada. Oca kebingungan melihat aku yang langsung melamun dengan tatapan yang kosong dan nggak tahu kemana arahnya.
            “Ehh… ehh… kamu kenapa? udah telat, dateng-dateng udah ngelamun, kenapa sih?” tanya Oca dengan terus menyadarkanku.
            Aku tidak menghiraukan setiap kata yang terlontar dari mulut Oca. Semua Itu aku anggap seperti angin yang berlalu begitu saja.
            “Heyyyyy… Sinnn…!”  Oca menggetakku karena aku tak merespon pertanyaaannya.
“Eh… iya… ada apa ca?” Aku tersentak kaget.
            “Arrrggghhh… kamu sin... Aku tadi Tanya, kamu kenapa sih dateng-dateng kok udah bengong gitu???”
            “Ow yang itu… Ehm... nggak kok… nggak apa-apa.”
            “Ya udah deh kalau nggak mau cerita… eh… Gimana kalau kita ke lapangan basket aja..??? dari pada dikelas, kamu jadi gila mungkin kebanyakan bengong.”
            “Terserah kamu deh Ca… aku ikut aja..”
            Akhirnya aku dan sinta menuju lapangan basket.
v   
Aku dan Oca memilih tribun lapangan basket yang rimbun. Di tribun sebrang, aku melihat ada tas si Pras. Aku nggak berharap di sini ada si Pras. Tapi mungkin nasib lagi nggak berpihak sama aku, aku mendengar suara yang mirip dengan suara Pras. Suara itu datang dari bawah ring basket. Pandanganku beralih ke bawah ring basket itu dan… Aku benar. disana ada Pras, berteriak-teriak meminta bola yang ada pada temannya. Tiba-tiba sebuah kata terlontar dari mulutku dengan mata yang melotot ke arahnya...
“Tampannya…”   Aku berkata sambil memandanginya, mataku tidak berkedip sedikitpun melihat sosok Pras dan berulang kali aku mengedipkan mataku ini meyakinkanku kalau itu adalah Pras…
            Mendengar perkataanku tadi, Oca lalu bertanya ingin tau…
“Hah? Siapa-siapa yang tampan??”   
Karena aku tidak menjawab, Oca berkata yang kedua kalinya padaku…
“Hhooee… Sinn…! Yehh… Lagi-lagi bengong… nggak di kelas, di lapangan, sama aja!”
            Sesaat… Oca diam... Rupanya dia serius melihat anak kelas 11-b yang bermain basket disitu. Dan aku terus melamun melihat sesosok pras yang sekedar mendrible bolanya lalu menge-shootnya dan terlihat lumayan tampan jika memakai kostum basket yang dia punya dan terlihat lebih keren.
Lamunan itu membawa aku tak sadar akan semuanya.
Yang ada dibenakku hanya Pras… Pras… dan... Pras...
Sampai akhirnya…
            “Sin… minggir…! Sin… Awas…!!!”   Oca memperingatkanku dengan teriakan yang sangat keras.
Aku tidak menghiraukannya karena lamunanku itu…
            Dan akhirnya……

…GuBrAaKkkkk...

            Aku terbaring pingsan di tribun, karena sebuah bola basket lepas landas  dan mendarat di kepalaku….
Saat itu juga aku langsung tak sadarkan diri...
v   
            Aku membuka mataku secara perlahan. Ketika kedua mataku sudah tidak lagi terpejam, dengan pandangan yang masih sedikit kabur, aku sungguh terkejut karena aku sudah terbaring di kasur kamarku.
Aku menoleh ke samping kiriku. Rupanya ada Oca disana. Melihat aku sadar, Oca langsung menanyakan keadaanku. Kepalaku masih agak pusing dan itu jawabku padanya.
Oca menceritakan semuanya padaku... dia bercerita, katanya, yang membawaku dan menggendongku ke UKS saat aku tak sadar adalah Pras, yang mengobati luka dijidatku adalah Pras... Pras... Pras... dan Pras...
Dan dia ikut mengantarkanku pulang kerumah dengan mobil guruku. Oca berkata, katanya Pras sangat kawatir dengan keadaanku, karena dia berulang kali menelpon Oca dan menanyakan keadaanku.
Tentu saja dia melakukan semua hal baik itu, karena dia yang tidak sengaja melemparkan bola itu yang akhirnya melukaiku dan mungkin dia merasa bersalah padaku.
            “Ca…!! STOP!!  walaupun kamu menceritakan semua kebaikannya ke aku, aku tetap beranggapan kalau dia itu cowok yang paling menyebalkan yang pernah aku kenal!!!!!”
            “Aduh... Sin… apa cuma gara-gara dia pernah minta duit ke kamu? Atau, hanya gara-gara dia sering ngebuat kamu sebel? tapi jangan keras kepala gitu donk, dia udah berubah kok, Sin.” Oca terus meyakinkanku.
            “Hiihhh… terserah kamu aja deh Ca… kepalaku masih pusing… lama-lama bisa gagar otak nih...” aku berkata ketus pada Oca.
            “Gila lu Sin...”
            Kenapa Oca jadi ngebelain si Pras. Apa betul si Pras udah berubah? Aku masih nggak taw dan nggak percaya. Tapi kalau bener dia udah berubah, kenapa dia bikin aku jengkel lagi?
v   
Aku masih memikirkan itu semua. Semuanya itu hilang saat aku merasa ada getaran dari bawah bantalku. Ternyata hpku yang bergetar. Saat aku mengambilnya, aku beranggapan kalau sms itu dari Oca dan dia akan meminta maaf padaku karena keributan tentang Pras tadi. Tapi, dugaanku salah. Sms itu dari Pras. Sudah dua kali dia sms aku dan semuanya berisi permohonan maaf...

Sorry y sin... yg nglemparind
 bola tdi siank emank aq,
 tpi aq gag sengaja kuq sin...
 qm maw khan maafint aq??blez…

Sender             : Pras
Sent to             : Sinta
Time    : At 19.30 PM
Date                : 01/03/10

Tanpa basa-basi aku hanya membalas “y” yang artinya ya.
Bukan berarti jika aku memaafkan dia aku sudah tidak beranggapan kalau dia anak yang nyebelin, tapi aku cuma kasihan saja dengan Pras. Hitung-hitung balas budilah karena dia udah mau ngobatin aku tadi.
Treeettttt……. trrrreeeetttt…..    Hpku bergetar lagi saat beberapa menit setelah aku membalas sms Pras.

Thank`s y sin…

Sender             : Pras
Sent to             : Sinta
Time    : At 19.37 PM
Date                : 01/03/10

Beberapa saat kemudian…..
            Mama datang dan masuk ke kamarku. Rupanya mama membawakan makan malam dan obat yang harus aku minum. Mama menanyakan keadaanku, dan mama menanyakan apa aku besok tetap masuk sekolah atau tidak. Aku berfikir sejenak, jika nanti aku nggak masuk sekolah, aku pasti ketinggalan pelajaran, yang kedua aku pasti kesepian di rumah dan nggak bisa bercanda bareng sama Oca, yang ketiga mungkin aku nggak bisa ngelihat Pras. Tapi, aku kok jadi mikirin si Prasnya sih? Hehh... Ngak tau deh... yang jelas aku aku akan memaksakan diriku ini untuk masuk sekolah saja dan itu jawabanku ke mama.
v   
Besoknya, aku datang ke sekolah dengan handsaplast yang menutupi lukaku di jidat. Saat Oca melihatku di gerbang sekolah, dia segera menghampiriku dan mangantarku masuk ke kelas. Selama pelajaran berlangsung konsentrasiku agak terganggu karena kepalaku yang masih sakit gara-gara kejadian kemarin.
            Nggak terasa udah waktunya istirahat. Oca mengajakku makan di kantin. Katanya sih dia udah kangen sama nasi gorengnya mbak Erah. Dan aku cuman kangen sama satu-satunya batagor yang ada disekolah. Itu makanan favoritku loh...
            Bener-bener nggak nyangka, waktu aku lagi memesan batagor, si Pras ada disebelahku untuk memesan batagor juga.
Dan tau nggak, selera kita sama gitu... Batagor dengan sambal yang secukupnya, bumbu kacang yang banyak dan sedikit kecap. Nggak sengaja aku dan Pras melontarkan kata-kata itu juga secara bersamaan...  Amazing…
Sementara itu Oca meledek jail…
“Hahaha… cie... cie...!”
 Mendengar itu aku menoleh sinis kearah Oca yang tertawa meledek karena ngelihat kekompakan dan keanehan aku dengan Pras.
Saat pantatku sudah kududukkan disebelah Oca, aku sedikit berkata jengkel padanya...
“Iiihhhh… apa`an sih Ca… byasa aja kali Ca… nggak perlu di ketawain…”
“Tapi… lucu aja sin… masa selera kalian sama… ngomongnya barengan lagi, jangan-jangan ada apa-apa nih…!” Heran Oca mulai menyala-nyala.
“Aduhh… nggak usah di lebih-lebihin deh… mungkin kebetulan aja…” aku mengelak dengan kesal.
“Hahh?? kayak gitu kamu bilang kebetulan, Sin??”
“Iya kan, emang itu semua kebetulan… kalau nggak kebetulan, apa coba namanya...?” jawabku dengan santai.
“Sehati kali sin… kata orang dulu nih, kalo ada sepasang anak muda sehati, itu bisa jadi jodoh lohh…” Oca masih tak percaya... dan masih terus mengggoda Sinta.
“Tuh kan ngaco lagi kalau ngomong… udah deh makan aja, ngobek mulu  dari tadi.

Miss Bengong Jatuh Cinta. Part II

Author: rachel charina halim

                                                                   Sucks Boy
… Aduh… dia lagi, dia lagi, kapan sih aku bisa bebas dan nggak ngelihat cowok pembawa sial itu.
He`em, aku nggak suka sama itu cowok. Cowok yang playboy dan sok, huft... nyebelin deh pokoknya.
“Eh Sin… sini donk...!”   Panggil cowok itu padaku…      
Dia Pras,… iya… cowok yang nyebelin itu…!!!!
Dia manggil aku???
...ehh ... tapi bener, si Pras manggil aku (Pras memanggilku dari depan  kantin)
Aku heran, nggak biasanya dia manggil aku.
Ehm... aku tau, pasti ada maunya nih...! hatiku terus bertanya-tanya… memastikan semua yang ada.
Dengan terpaksa aku menoleh perlahan ke arahnya. Dia memanggilku yang kedua kalinya… 
“ Ehh sin… sini donk dipanggil malah bengong aja...!”
 Perlahan aku menghampirinya.
            Sekarang si Pras, cowok yang nyebelin itu sudah ada tepat didepanku. Aku menunggunya, kira-kira hal nyebelin apa yang mau dia lakuin ke aku.
“Minta duitnya donk…!!! Ngutang deh..ngutang…” Paksa si Pras…  
Heeeehhhh…!!! Betul sekali firasatku, dia manggil aku  kalau ada maunya aja.
Dia minta uang ke aku.
Enaknya dikasih nggak ya...?  Aku bingung. Nggak usah deh... Jawabku sendiri dalam hati.
Dia kan udah berkali-kali ngebuat aku jengkel, nggak kelas XI ini saja, tapi sejak kelas X. Setelah dipikir-pikir ngapain juga ngehirauin anak itu, so… aku ninggalin dia gitu aja.
v   
Tiba-tiba tanpa berkata apapun dia megang tanganku dengan sigap. Sejenak dia menahan langkahku yang akan pergi meninggalkan dia. Disaat dia memegang erat tanganku, kita berdua saling bertatapan. Pandanganku hanya tertuju pada Pras, begitu juga sebaliknya dengan si Pras, yah… kayak di sinetron gitu deh!! Sampai-sampai kita berdua tidak sadar kalau banyak anak-anak lain yang melihat kita disitu, bahkan
 Mungkin pohon-pohon di sekitarku sudah bersorak riuh menyorakiku akan adegan ini.
Aduh.. malu banget aku. Mau ditaruh mana mukaku ini??? Iya kalau tangan aku dipegang sama pangeran yang ganteng, kalau bisa pengeran impianku gitu.., he.. he.. he…, but.. yang ini nggak,, udah mukanya lecek, sok cakep lagi. Huft...~,~ .Gerutuku dalam hati
“Ehhh... lepasin donk...!! Main pegang-pegang aja…!! Lepasin donk.. malu nih diliatin- anak-anak.. nggak malu apa.. uhh…!!”  Celetukku secara pelan didekat telinga Pras sambil melintir-lintirkan tanganku yang mungkin saja bisa terlepaskan.
Gila tuh si pras lama banget sih ngelepasin tanganku..  Gerutuku dalam hati yang mulai memanas…
Bell masuk kelas udah bunyi, kriinggg… kringgg…
Akhirnya suara itu yang bikin si Pras ngelepasin tanganku.
“Eh... Sorry sin... nggak sengaja.” Maafnya dengan gugup
What??...  Dia minta maaf sama aku. Hembb... Tapi orang kaya dia aja minta maafnya tulus. Huftt, ~,~.  Pikir burukku padanya.
v   
Disela-sela pelajarn IPA, aku menceritakan semua kajadian waktu istirahat tadi dengan temanku, dia dekat sekali denganku. Jadi aku bisa cerita apa saja dengannya. Dia Oca teman yang lucu ,baik dan selalu mengerti aku.
“Hahahaha…. masa sih sin…???”   Oca tertawa tak percaya.
“Iya ca... dia itu megang tanganku.. kebayang nggak sih.. si Pras, yang jelas-jelas kita itu musuhan, bisa-bisanya dia megang tangan aku, didepan anak-anak banyak lagi…muka gila itu anak…” Tegasku pada Oca..
“Mungkin dia bener-bener nggak sengaja, Sin… mendingan jangan GR dulu deh…” 
“Arrgghhh….terserah deh ca… intinya aku heran dan jengkel banget sama anak itu…” 
Wahh.. wahh.. kesabaranku mulai habis… seperti banteng yang sudah mau menyeruduk sasaran berwarna merah dan Oca yang akan di ibaratkan sebagai kain merah… Lohh... jadi ngelantur deh…. He... he... he...
“Iya... iya..!! Sinta jangan ngambek donk,  jelek tau kalau cemberut gitu….” Ledek Oca sambil tertawa kecil padaku.
“Siapa juga yang ngambek… yeee…”  bohongku.. Padahal sih ya agak ngambek juga sama Oca… hihihihi….
“Sinta.. Oca.. ramai sekali kalian berdua.. perhatikan ibu..!! Jangan ngobrol sendiri..”
Aduh..mampus dahh,kena semprot lagi,, behh... nasib-nasib…. kataku dalam hati yang agak deg-degan mendengar teguran guru yang satu itu.
“Iya, bu….” Oca dan aku menjawab secara bersamaan teguran ibu guru, benar-benar kompak.
v   
Hari ini Oca main ke rumah aku. Rencananya kita mau mengerjakan PR bersama, PR kita hari ini banyak sekali. Jadi bakalan pupus harapan kita berdua buat ngegame dan bercanda tawa sepuasnya, mungkin sampai pita suara kita putus. Kalau mama tau lagi banyak PR dan kita maen, bisa habis aku dimarahin, dan nggak ada lagi uang saku selama 1 minggu.
            Di kamar aku dan oca serius mengerjakan PR. Sesekali mama menengokku didalam kamar. Mungkin mama takut kalau aku tidak serius belajar. Begitulah mamaku. Dia seseorang yang agak posesiv.
v   
Udah jam 03.00 sore, untungnya tugas-tugasku dan Oca sudah selesai. Handphone Oca berbunyi, menandakan sebuah panggilan dari seseorang, itu orangtunya yang merupakan tipikal orang tua yang super sibuk dengan jobnya masing-masing sebagai pengusaha besar yang ternama.
Beberapa saat setelah Oca menerima telpon  

“Sin… aku dirumah kamu dulu ya..”
“Memang kenapa?? oh ya… tadi orangtuamu bilang apa aja??”  tanyaku ingin tau.
“Aku mau dirumah kamu dulu soalnya ortuku tadi bilang, katanya mereka masih banyak kerja di kantornya, jadi blum bisa jemput aku sekarang…”         
“Ohh… sibuk banget tuh…! Ya udah nggak apa-apa..”
Beberapa detik kemudian…
“Sinta… turun yuk… mama udah siapin makanan, nih… ajak si Oca juga ya, nak...” mama memanggilku dan Oca untuk makan bersama.
“Ca... turun dulu yuk…” ajakku pada Oca.
“Iyuphz...” Oca membuntutiku ke ruang makan.
Oca terlihat sangat lahap sekali menelan gumpalan-gumpalan nasi dan lauknya di setiap sendoknya. Oca terlihat lucu sekali, pipi kanan dan pipi kirinya terlihat menggelembung terisi penuh makannya.
v   
            Udah jam 05.00 Oca masih di rumahku waktu itu. Waktu aku melamun, Oca memanggilku. Dia menghampiriku yang duduk manatap senja yang bersiap-siap akan bersembunyi tidur sedangkan sang dewi bulan menggantikannya dalam kesunyian sang malam. Dia mengingatkanku akan sms si Pras.
 Ya, benar… si Pras sms aku. Di dalam sms itu ada kata-kata permohonan maaf untuk kejadian memalukan tadi siang disekolah.
Ku rasa itu nggak penting dan aku sangat, sangat, dan sangat membalas sms darinya. Sesaat,, Oca menegurku dengan perlahan. Dia memaksaku dan terus merayuku dengan bujukan-bujukannya untuk membalas sms dari Pras. Apa boleh buat,, aku membalas sms si Pras meski

dengan kata-kata yang ketus. Dengan begitu Oca nggak lagi mengomel dengan mengeluarkan suaranya yang agak bernada tinggi, bisa-bisa dibuatnya seperti bolot aku.
Beberapa saat kemudian orang tua Oca menjemputnya dirumahku… huhh… Oca udah pulang dan aquh siap buat tidur… benar-benar hari yang melelahkan...
v   
            Keesokan harinya…
Kringggg…!  Bell masuk sekolah sudah bernyanyi… dan…
Hari ini aku terlambat! Waduh.. bakalan kena guru BP lagi nih! Aku khawatir.
Nasibku benar-benar buruk sekali. Cerahnya pagi bagaikan malapetaka buatku. Udah berhadapan dengan para guru BP yang killer, telatnya bareng cowok sial itu lagi. Hemm… si Pras. Udah gitu si Pras ngelihatin aku dengan senyumannya yang mungkin bisa ngebuat ikan-ikan diempang pada mati semua, benar-benar menggelikan. Senyumannya membuat aku nggak percaya diri, aku menggerakkan kepalaku dari atas ke bawah bermaksud melihat penampilanku bukan untuk senam pagi, aku takut kalau ada penampilanku yang salah hari ini.
Tapi aku rasa penampilanku terlihat biasa-biasa saja, rambut tetap terkuncir dengan rapi, seragam yang kupakai tidak aneh dan tak ku poles apapun wajahku.
Tuhkan!!! nggak ada yang berubah kok... hemb... mungkin agak setres itu anak, bahkan nggak agak setres lagi, tapi sangat setres.
Karena aku dan Pras terlambatnya terlalu parah, jadi kita berdua terkena sanksi guru BP, nggak hanya itu, para guru juga mengoceh nggak ada habisnya layaknya seekor burung beo yang sangat cerewet.
            ... Aduh... nggak kebayang deh…!
PASRAHHHHH... jeritku dalam hati.