what do you think about my blog?

about me

i like write novel..^^

my self

my self

Another Templates

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Miss Bengong Jatuh Cinta. Part III

Author: rachel charina halim
Kamis, 17 Februari 2011

Tragedi Lapangan Basket

            Nasib burukku tak berhenti sampai di situ saja…
            Yah… hukumannya nyapu semua bagian-bagian dan sudut-sudut aula. Dipojok aula hanya ada satu sapu. Harus cepat  ngambil sapu itu, kalau nggak bisa keduluan sama si Pras. Mataku dan mata Pras bersamaan melirik satu sapu itu, bagaikan 2 singa betina penguasa hutan bersiap-siap akan berebut mangsa.
Aduuhhh... Tuhkan bener, aku berebut sapu sama itu cowok. Pandangan anak-anak kelas 7 yang lagi praktek ohlaraga tertuju padaku dan Pras, mereka menertawakanku layaknya sedang menonton dua aksi konyol para badut di tempat pertunjukan sirkus. Aku dibuatnya malu yang kedua kalinya. Aku nggak mungkin terus melanjutkan hal bodoh yang aku lakuin dengan si Pras. Aku buru-buru meninggalkan si Pras tanpa sempat ngomong sepatah kalimatpun padanya, aku sangat malu.
v   
Saat aku masuk kelas, aku langsung duduk disebelah Oca dengan pandangan kosong. Untung aja waktu itu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia nggak ada. Oca kebingungan melihat aku yang langsung melamun dengan tatapan yang kosong dan nggak tahu kemana arahnya.
            “Ehh… ehh… kamu kenapa? udah telat, dateng-dateng udah ngelamun, kenapa sih?” tanya Oca dengan terus menyadarkanku.
            Aku tidak menghiraukan setiap kata yang terlontar dari mulut Oca. Semua Itu aku anggap seperti angin yang berlalu begitu saja.
            “Heyyyyy… Sinnn…!”  Oca menggetakku karena aku tak merespon pertanyaaannya.
“Eh… iya… ada apa ca?” Aku tersentak kaget.
            “Arrrggghhh… kamu sin... Aku tadi Tanya, kamu kenapa sih dateng-dateng kok udah bengong gitu???”
            “Ow yang itu… Ehm... nggak kok… nggak apa-apa.”
            “Ya udah deh kalau nggak mau cerita… eh… Gimana kalau kita ke lapangan basket aja..??? dari pada dikelas, kamu jadi gila mungkin kebanyakan bengong.”
            “Terserah kamu deh Ca… aku ikut aja..”
            Akhirnya aku dan sinta menuju lapangan basket.
v   
Aku dan Oca memilih tribun lapangan basket yang rimbun. Di tribun sebrang, aku melihat ada tas si Pras. Aku nggak berharap di sini ada si Pras. Tapi mungkin nasib lagi nggak berpihak sama aku, aku mendengar suara yang mirip dengan suara Pras. Suara itu datang dari bawah ring basket. Pandanganku beralih ke bawah ring basket itu dan… Aku benar. disana ada Pras, berteriak-teriak meminta bola yang ada pada temannya. Tiba-tiba sebuah kata terlontar dari mulutku dengan mata yang melotot ke arahnya...
“Tampannya…”   Aku berkata sambil memandanginya, mataku tidak berkedip sedikitpun melihat sosok Pras dan berulang kali aku mengedipkan mataku ini meyakinkanku kalau itu adalah Pras…
            Mendengar perkataanku tadi, Oca lalu bertanya ingin tau…
“Hah? Siapa-siapa yang tampan??”   
Karena aku tidak menjawab, Oca berkata yang kedua kalinya padaku…
“Hhooee… Sinn…! Yehh… Lagi-lagi bengong… nggak di kelas, di lapangan, sama aja!”
            Sesaat… Oca diam... Rupanya dia serius melihat anak kelas 11-b yang bermain basket disitu. Dan aku terus melamun melihat sesosok pras yang sekedar mendrible bolanya lalu menge-shootnya dan terlihat lumayan tampan jika memakai kostum basket yang dia punya dan terlihat lebih keren.
Lamunan itu membawa aku tak sadar akan semuanya.
Yang ada dibenakku hanya Pras… Pras… dan... Pras...
Sampai akhirnya…
            “Sin… minggir…! Sin… Awas…!!!”   Oca memperingatkanku dengan teriakan yang sangat keras.
Aku tidak menghiraukannya karena lamunanku itu…
            Dan akhirnya……

…GuBrAaKkkkk...

            Aku terbaring pingsan di tribun, karena sebuah bola basket lepas landas  dan mendarat di kepalaku….
Saat itu juga aku langsung tak sadarkan diri...
v   
            Aku membuka mataku secara perlahan. Ketika kedua mataku sudah tidak lagi terpejam, dengan pandangan yang masih sedikit kabur, aku sungguh terkejut karena aku sudah terbaring di kasur kamarku.
Aku menoleh ke samping kiriku. Rupanya ada Oca disana. Melihat aku sadar, Oca langsung menanyakan keadaanku. Kepalaku masih agak pusing dan itu jawabku padanya.
Oca menceritakan semuanya padaku... dia bercerita, katanya, yang membawaku dan menggendongku ke UKS saat aku tak sadar adalah Pras, yang mengobati luka dijidatku adalah Pras... Pras... Pras... dan Pras...
Dan dia ikut mengantarkanku pulang kerumah dengan mobil guruku. Oca berkata, katanya Pras sangat kawatir dengan keadaanku, karena dia berulang kali menelpon Oca dan menanyakan keadaanku.
Tentu saja dia melakukan semua hal baik itu, karena dia yang tidak sengaja melemparkan bola itu yang akhirnya melukaiku dan mungkin dia merasa bersalah padaku.
            “Ca…!! STOP!!  walaupun kamu menceritakan semua kebaikannya ke aku, aku tetap beranggapan kalau dia itu cowok yang paling menyebalkan yang pernah aku kenal!!!!!”
            “Aduh... Sin… apa cuma gara-gara dia pernah minta duit ke kamu? Atau, hanya gara-gara dia sering ngebuat kamu sebel? tapi jangan keras kepala gitu donk, dia udah berubah kok, Sin.” Oca terus meyakinkanku.
            “Hiihhh… terserah kamu aja deh Ca… kepalaku masih pusing… lama-lama bisa gagar otak nih...” aku berkata ketus pada Oca.
            “Gila lu Sin...”
            Kenapa Oca jadi ngebelain si Pras. Apa betul si Pras udah berubah? Aku masih nggak taw dan nggak percaya. Tapi kalau bener dia udah berubah, kenapa dia bikin aku jengkel lagi?
v   
Aku masih memikirkan itu semua. Semuanya itu hilang saat aku merasa ada getaran dari bawah bantalku. Ternyata hpku yang bergetar. Saat aku mengambilnya, aku beranggapan kalau sms itu dari Oca dan dia akan meminta maaf padaku karena keributan tentang Pras tadi. Tapi, dugaanku salah. Sms itu dari Pras. Sudah dua kali dia sms aku dan semuanya berisi permohonan maaf...

Sorry y sin... yg nglemparind
 bola tdi siank emank aq,
 tpi aq gag sengaja kuq sin...
 qm maw khan maafint aq??blez…

Sender             : Pras
Sent to             : Sinta
Time    : At 19.30 PM
Date                : 01/03/10

Tanpa basa-basi aku hanya membalas “y” yang artinya ya.
Bukan berarti jika aku memaafkan dia aku sudah tidak beranggapan kalau dia anak yang nyebelin, tapi aku cuma kasihan saja dengan Pras. Hitung-hitung balas budilah karena dia udah mau ngobatin aku tadi.
Treeettttt……. trrrreeeetttt…..    Hpku bergetar lagi saat beberapa menit setelah aku membalas sms Pras.

Thank`s y sin…

Sender             : Pras
Sent to             : Sinta
Time    : At 19.37 PM
Date                : 01/03/10

Beberapa saat kemudian…..
            Mama datang dan masuk ke kamarku. Rupanya mama membawakan makan malam dan obat yang harus aku minum. Mama menanyakan keadaanku, dan mama menanyakan apa aku besok tetap masuk sekolah atau tidak. Aku berfikir sejenak, jika nanti aku nggak masuk sekolah, aku pasti ketinggalan pelajaran, yang kedua aku pasti kesepian di rumah dan nggak bisa bercanda bareng sama Oca, yang ketiga mungkin aku nggak bisa ngelihat Pras. Tapi, aku kok jadi mikirin si Prasnya sih? Hehh... Ngak tau deh... yang jelas aku aku akan memaksakan diriku ini untuk masuk sekolah saja dan itu jawabanku ke mama.
v   
Besoknya, aku datang ke sekolah dengan handsaplast yang menutupi lukaku di jidat. Saat Oca melihatku di gerbang sekolah, dia segera menghampiriku dan mangantarku masuk ke kelas. Selama pelajaran berlangsung konsentrasiku agak terganggu karena kepalaku yang masih sakit gara-gara kejadian kemarin.
            Nggak terasa udah waktunya istirahat. Oca mengajakku makan di kantin. Katanya sih dia udah kangen sama nasi gorengnya mbak Erah. Dan aku cuman kangen sama satu-satunya batagor yang ada disekolah. Itu makanan favoritku loh...
            Bener-bener nggak nyangka, waktu aku lagi memesan batagor, si Pras ada disebelahku untuk memesan batagor juga.
Dan tau nggak, selera kita sama gitu... Batagor dengan sambal yang secukupnya, bumbu kacang yang banyak dan sedikit kecap. Nggak sengaja aku dan Pras melontarkan kata-kata itu juga secara bersamaan...  Amazing…
Sementara itu Oca meledek jail…
“Hahaha… cie... cie...!”
 Mendengar itu aku menoleh sinis kearah Oca yang tertawa meledek karena ngelihat kekompakan dan keanehan aku dengan Pras.
Saat pantatku sudah kududukkan disebelah Oca, aku sedikit berkata jengkel padanya...
“Iiihhhh… apa`an sih Ca… byasa aja kali Ca… nggak perlu di ketawain…”
“Tapi… lucu aja sin… masa selera kalian sama… ngomongnya barengan lagi, jangan-jangan ada apa-apa nih…!” Heran Oca mulai menyala-nyala.
“Aduhh… nggak usah di lebih-lebihin deh… mungkin kebetulan aja…” aku mengelak dengan kesal.
“Hahh?? kayak gitu kamu bilang kebetulan, Sin??”
“Iya kan, emang itu semua kebetulan… kalau nggak kebetulan, apa coba namanya...?” jawabku dengan santai.
“Sehati kali sin… kata orang dulu nih, kalo ada sepasang anak muda sehati, itu bisa jadi jodoh lohh…” Oca masih tak percaya... dan masih terus mengggoda Sinta.
“Tuh kan ngaco lagi kalau ngomong… udah deh makan aja, ngobek mulu  dari tadi.

Posting Komentar